Contoh Narasi Singkat
Memang Tak Mudah Untuk Mempercayaimu Kembali, Namun
Bersediakah Kau Tetap Berjuang Demi Memiliki Hatiku Lagi?
By Pinka Wima
Hati yang kupunya dan selalu kujaga ini pernah koyak
bentuknya. Meninggalkan perih yang teramat sangat, banyak kecewa, marah yang melimpah
dan juga gurat luka yang cukup dalam ukurannya. Walau sesungguhnya aku tahu
benar, masih ada serpih-serpih cinta yang tertinggal di sana. Namun, bukankah
sikapku untuk mendiamkanmu tak bisa disalahkan begitu saja?
Sejujurnya, sekarang ini aku sedang berusaha menyusun
balok-balok percaya yang sempat kau runtuhkan kemarin lusa. Supaya jika
nantinya hubungan ini kembali ada, pondasi kokoh sudah siap untuk menopang kita
berdua. Semoga kau pun sekarang tengah berusaha sekuat raga. Untuk meyakinkanku
demi mendapatkan kembali hatiku dalam bentuknya yang utuh sempurna.
Kesalahan cukup berat
pernah dengan sengaja kau cipta. Membuatku enggan bersua yang kemudian disusul
dengan hati yang mendadak mati rasa.
Senyap memenuhi penjuru ruangan, meninggalkanmu dan aku yang
menggigil dalam keheningan. Tak ada kata-kata yang bisa kulontarkan dari
bibirku yang sedang sibuk mengatup dengan kencang. Kau yang biasanya punya
banyak kata untuk membuatku tertawa, kini hanya bisa berdiri diam di pojok
sana. Menatapku dengan tatapan tak berdaya yang sesekali diisi dengan gerak
tubuhmu yang beringsut mendekat. Namun tentu saja percuma, karena tingkah
lakumu tak berhasil mendapatkan perhatianku dengan genap.
Aku saat itu sedang sibuk sendiri memutar ulang kata-kata
yang baru saja kau lontarkan. Meresapi kalimatmu yang sebenarnya sungguh tak
enak untuk didengar. Bukan kalimat yang biasanya selalu membuat hatiku melonjak
kegirangan, kali itu kau persembahkan sebuah pengakuan yang membuat hatiku
kehilangan kemampuannya untuk merasakan.
Kemudian, benci dan marah tanpa diminta memberikanku tenaga.
Cukup kuat untuk memberikan dorongan kepada tangan demi menciptakan sebuah
tamparan. Namun, niatku itu kuurungkan. Percuma, pikirku, hanya membuang tenaga
saja. Toh, pedas yang kau rasakan di pipi yang meradang tak sebanding dengan
hatiku yang tengah berantakan. Ya, tentu saja aku sedang hancur sehancurnya.
Coba katakan padaku, gadis mana yang tak remuk ketika mendengar pengakuan
mengenai perselingkuhan yang pernah lelaki istimewanya lakukan?
Rasa cinta memang
selalu berdiam dan tak pergi kemana-mana, namun hatiku yang terlanjur terluka
masih saja meremang dalam duka.
Ragam rasa sempat membuatku tak bisa tenang, mereka berlomba
memenuhi hatiku dan membuatnya kian gaduh. Sakit hati tentulah yang menjerit-jerit
pertama kali, disusul dengan marah yang menghentak-hentak, lalu kecewa yang
masuk dengan tergesa, juga benci yang turut datang belakangan, membuat suasana
makin ribut. Kini, ruangan di rongga hatiku kian sesak dan pengap.
Namun, sesungguhnya di balik kegaduhan dan hingar bingar
mereka, aku menyadari betul bahwa cinta masih duduk manis di kursinya, sama
seperti semula. Dia tak pernah bergeser maupun berniat untuk pergi berjingkat
meninggalkan keramaian. Dia selalu tepekur disana, sendirian menunggu tanpa
banyak cakap. Memang pernah dia berniat untuk angkat kaki, namun kemudian
niatnya itu diurungkannya kembali. Ia merasa tak tega jika jalinan yang sudah
bertahan sangat lama ini harus dienyahkan begitu saja.
Walau cinta selalu ada, namun tetap saja kehadirannya tak
membuat suasana menjadi lebih istimewa. Selalu ada si sakit hati yang menduduki
peringkat teratas. Dia sedang ingin menjadi sorotan dan tak ingin diacuhkan
maupun diduakan. Itulah alasan utamaku mengapa tak mengijinkanmu masuk dulu.
Tak mudah menaruh
percaya, ketakutan lebih sering muncul meminta porsinya untuk dirasa. Jujur aku
cemas jika di lain hari kau kembali mengulang kesalahan yang sama.
Ketakutan dan kecemasan turut bersua setelah kehiruk pikukan
mereda. Kini merekalah yang setia menemani hari-hariku setelah benci dan marah
pergi. Mereka berdua selalu membuatku merasa waspada, untuk tak mudah menaruh
lagi percaya. Terlebih kepada sosokmu yang sebelumnya pernah mengguratkan
kecewa.
Sebenarnya aku ingin membuka hati kembali. Namun, ketakutan
selalu beringsut mendekat. Disusul dengan buruk sangka yang juga ikut melekat.
Cemas kalau-kalau kau melakukan kesalahan serupa. Mengoyak lagi cinta yang ada
dan membaginya menjadi dua, satu untukku dan satu untuk wanita lainnya.
Tapi jika boleh jujur, aku pun tak berniat meninggalkanmu.
Tak sampai hati jika harus melepas kenangan berdua. Enggan rasanya jika harus
menitipkan hatiku kepada manusia lainnya. Memulai lagi jalinan yang baru dan
memberikan cinta kepada orang yang berbeda.
Meski begitu, bukan berarti aku telah siap untuk menerimamu
kembali. Cinta dan sayang yang ada tak cukup kuat untuk membuatku mampu membuka
diri. Karena itulah sepertinya aku lebih ingin sendiri dulu. Demi menyembuhkan
hati sembari menunggu rasa percaya semoga segera datang lagi.
Walau demikian,
maukah kau untuk tak menyerah demi memenuhi kemauanku untuk selalu diyakinkan?
Karena hatiku ini selalu menyimpan keingintahuan seberapa besar dirinya akan
diperjuangkan.
Memang manusia tak ada yang sempurna, selalu ada salah yang
akan tercipta dari tindak tanduk mereka. Itulah yang selama ini kujadikan
sandaran supaya bisa memaafkanmu dengan segera. Jangan kau pikir saat ini aku
hanya sedang sibuk ongkang kaki. Aku pun sekarang sedang berusaha sekuat tenaga
untuk memulihkan sakit hati yang ada. Merangkai kembali asa mengenai masa depan
berdua. Juga mencari rasa percaya yang sedang pergi entah kemana.
Semoga kau pun juga sama, tak menyerah berusaha demi
meyakinkanku kembali. Dan terlebih lagi, hatiku ini memang sedang menunggu untuk
lebih diperjuangkan lagi.
itulah contoh Paragraf Narasi
sumber :hipwee.com
0 Komentar