PERKEMBANGAN ISLAM DI FILIPINA
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke
hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perkembangan
Islam di Filipina“. Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses
pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada pembimbing yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam mengerjakan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin
penulis berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena itu penulis
berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah
Masuknya Islam di Filipina
B. Kondisi
Islam di Filipina
C. Kebangkitan
Islam di Filipina
D. Minoritas
Muslim Filipina vs Pemerintah
E. Sejarah
Minoritas Muslim Filipina
BAB.III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Secara Geografis
wilayah Filipina terbagi dalam dua wilayah Kepulauan besar, yaitu gugusan
kepulauan, Luzon di sebelah Utara dan gugusan kepulauan Mindanao di sebelah
Selatan. Minoritas muslim Filipina atau lebih dikenal Muslim Moro atau bangsa
Moro adalah komunitas muslim yang mendiami Kepulauan Mindanao suku serta
gugugsannya di Filipina Selatan. Islam di Filipina pada awalnya tidak
mendapatkan tantangan dan hambatan, namun setelah Spanyol masuk dan mendirikan
kekuasaannya di Filipina diiringi oleh Amerika dan Jepang. Islampun mengalami
tantangan dan hambatan yang sama beratnya.
Dalam makalah
ini pemakalah akan menjelaskan beberapa hal tentang perkembangan Islam di
Filipina, diantara nya sejarah masuknya Islam di Filipina , kondisi Islam di
Filipina, kebangkitan Islam di Filipina, minoritas muslim Filipina vs
pemerintah dan sejarah minoritas nuslim di Filipina. Hal-hal tersebut menjadi
pembahasan pemakalah dalam tulisan ini, karena merupakan sebuah upaya besar
dalam mengangkat dan menyebarkan agama Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Sejarah masuknya Islam di Filipina
2.
Kondisi Islam di Filipina
3.
Kebangkitan Islam di Filipina
4.
Minoritas muslim Filipina vs Pemerintah
5.
Sejarah minoritas muslim Filipina
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah masuknya
Islam ke Filipina.
2.
Untuk mengetahui bagaimana kondisi Islam di
Filipina
3.
Untuk menegetahui apa saja faktor yang
membangkitkan kembaliIslam di Filipina.
4.
Untuk mengetahui bagaimana keadaan minoritas
Filipina vs Pemerintah.
5.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah terjadinya
minoritas Filipina.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya Islam di Filipina
Islam masuk ke
wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan suku dan Mindanao pada tahun 1380.
Islam pertama kali disebarkan di Kepulauan tersebut oleh seorang tabib dari
ulama Arab bernama Kharimun Makhadum dan Raja Baquida ( seorang pangeran dari
Minangkabau). Islam kemudian tersebar ke pulau Lanao dan bagian Utara Zambonaga
serta daerah pantai lainnya. Pada masa itu sudah dikenal sistem hukum yaitu
Manguindanao Code of Law, atau Luwuran yang didasarkan atas Minhaj dan
Fathi-i-Qareeh, Taqreebu-i-Intifa, dan Miratu-Thullah.
Atas hasil kerja
kerasnya akhirnya kebungsuan manguindanao memeluk islam. Manguindanao kemudian
menjadi seorang Datuk yang berkuasa di Provinsi Davao di bagian tenggara pulau
Mindanao. Setelah itu Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian Utara
Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan
Filipina semuanya berada didalam kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang
bergelar Datuk atau Raja. Dari sinilah awal peradaban islam di wilayah ini
mulai di rintis. Ada pula pendapat yang lain mengenai masuknya islam datang
kepulauan sulu.bahwasanya islam datang ke sulu pada abad ke-9 melalui
perdagangan.tapi itu tidak menjadi faktor yang penting dalam sejarah sulu,
sampai abad ke-13 ketika orang-orang menyebarkan islam (da’i ) mulai pertama
kali tingal di buasna ( jolo )kemudian di daerah-daerah lain kepulauan sulu.
Islam menyebar
ke Filipina melalui Sulu abad ke-14 oleh para da’i yang datang dari kepulauan
Indonesia. Namun pada abad ke- 13 sudah banyak pedagang muslim yang menetap di
Sulu. Karena letak geografis Filipina yang strategis menjadikan salah satu
jalur perdagangan internasional yang membentang Laut Merah hingga Laut Cina dan
jalur Perdagangan tersebut dikuasai oleh para pedagang muslim. Penyebaran islam
berkembang pesat hingga awal abad ke- 16 di Filipina. Pada masa ini
penyebaran-penyebaran islam tersebut mencapai Kepulauan Mindanao, Kepulauan
Visayas, bahkan sampai ke Pulau Luzon.
Pada tahun 1520
jumlah pedagang dan da’i dari Kalimantan meningkat jumlahnya yang datang ke
Filipina. Pada tahun 1565 Spanyol menemukan orang-orang muslim di Filipina dan
pada saat itu sedang terjadi islamisasi secara besar-besaran khususnya di
Filipina Selatan. Kemudian pada tahun 1570 angkatan bersenjata Spanyol di bawah
pimpinan Leskafi menghentikan proses islamisasi tersebut. Dan selama tiga abad
berikutnya terjadi peperangan yang tak kunjung henti antara orang-orang Spanyol
dan orang-orang Filipina khusus nya Filipina Selatan.
Penyebaran islam
mulai menghadapi hambatan dengan masuknya bangsa Spanyol ke Filipina pada tahun
1565 yang bertujuan untuk memperoleh koloni baru dan sekaligus menyebarkan
agama Kristen Katolik. Dan pada saat itu penduduk muslim Filipina disebut
“Moro” oleh bangsa Spanyol seperti mereka menyebut masyarakat Afrika Utara yang
juga menganut Islam. Dalam upaya menguasai Filipina Selatan yang mayoritas
penduduknya muslim, bangsa Spanyol melancarkan kristenisasi dan memukimkan
penduduk Kristen di wilayah itu. Akibatnya, komunitas maupun wilayah penduduk
Moro pun terus menyusut hingga berbatas pada Kepulauan Sulu dan Pulau Mindanao
bagian barat.
Konflik dan
proses penyusutan itu berlanjut pada masa Amerika Serikat (AS) menjajah
Filipina (1898-1935). Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri
sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Dan inilah karakter
musuh-musuh Islam sebenarnya pada abad ini. Hal ini dibuktikan dengan
ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898 M) yang menjanjikan kebebasan
beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan
bagi Bangsa Moro. Namun traktat tersebut hanya taktik mengambil hati orang-orang
Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah
disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan
Emilio Aguinaldo.
setelah kaum revolusioner kalah pada 1902 M,
kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung
dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903 M) Mindanao dan Sulu disatukan
menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan
(civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu.
Pada tahun 1935,
ketika pemerintahan persemakmuran Filipina terbentuk sebagai hasil kesepakatan
perjanjian antara AS dan pejuang nasionalis Filipina, Manuel Quezon (presiden
terpilih 1935-1944) menyatakan pada masyarakat Moro bahwa mereka, para sultan
dan datuk tidak lagi memiliki tempat pada pemerintahan baru tersebut dan hukum
nasional akan diberlakukan pada setiap warga Negara tanpa melihat agamanya.
Pernyataan Quezon tersebut menimbulkan reaksi keras dari masyarakat Moro yang
selalu menganggap diri mereka sebagai bangsa sendiri, terlepas dari Filipina.
Kemudian sekitar seratus lebih datuk dari suku Maranao mengirim surat kepada
presiden AS pada saat itu yaitu Franklin Delano Roosevelt untuk meminta ingin
dipisahkan dari pemerintahan persemakmuran tersebut dan lebih memilih dibawah perlindungan
AS sampai mereka mampu membentuk pemerintahan sendiri.
Namun hingga
Filipina mendapatkan kemerdekaan dari AS pada tanggal 4 Juli 1946, tuntutan
dari bangsa-bangsa Moro untuk berdiri sendiri sebagai sebuah Negara tidak
terwujud. Bahkan sikap pemerintah Filipina yang mendriskiminasikan bangsa Moro
semakin jelas terlihat. Antara tahun 1950 dan 1960 pemerintah Filipina
menerapkan program pengembangan dan integrasi nasional. Program ini
mengakibatkan membanjirnya kaum Kristen ke wilayah yang berpenduduk muslim.
Program tersebut dinilai oleh penduduk muslim sebagai upaya pemerintah untuk
menghancurkan komunitas muslim Filipina. Selain itu, mereka merasa program
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah tidak pernah mencapai daerah nya.
B.
Kondisi Islam di Filipina
Islam di Filipina
pada awalnya tidak mendapatkan tantangan dan hambatan, namun setelah Spanyol
masuk dan mendirikan kekuasaannya di Filipina diiringi oleh Amerika dan Jepang.
Islampun mengalami tantangan dan hambatan yang sama beratnya. Pada bulan Mei
1898, Amerika datang ke Filipina dibawah pimpinan Cmmodere Dewey dan berhasil
menghancurkan angkatan laut Spanyol di Manila. Melihat perkembangan Islam yang
pesat, maka akhirnya Amerika pun mengekangnya sehingga non Islam diberikan
kelonggaran melawan umat islam, sedangkan umat islam selalu diawasi dan
dibrikan hukuman apabila mengadakan pembalasan. Karena itu umat Islam berusaha
membebaskan diri dari kekangan Amerika dan memberontak dibawah pimpinan Datuk
Mundi dan Datuk Piang, melawan golongan non Islam.
Amerika membuat
undang-undang Pax American yaitu memperbolehkan daerah-daerah umat islam dihuni
dan didiami kaum Kristen dan melarang umat Islam yang berada diluar daerah
untuk masuk kedaerah itu. Umat Islam merasa terisolir dari umat Islam lainnya,
yang menyebabkan kelemahannya. Setelah beberapa lama umat Islam mengalami
tekanan demi tekanan akhirnya mereka sadar untuk bangkit kembali dan meraih
kejayaan kembali. Umai Islam di Filipina kemudian membentuk suatu wadah untuk
menampung perjuangan dan gerakan kaum muslimin, yaitu Moro National Liberation
Front (MNLF). Aliansi yang lain sebagai akibat dari perkembangan tersebut
melahirkan Muslim Independent Movent (MIM) dan Bangsa Moro Army (BMA), yang
berjuang bagi kaum muslim di Filipina. Dengan wadah inikaum muslimim melakukan
gerilya umtuk menentang pemerintahan dan menuntut keadilan.
C.
Kebangkitan Islam di Filipina
Proses islamisasi
di Filipina dihentikan oleh kedatangan Spanyol pada tahun 1567. Akibatnya Islam
tidak mempunyai kesempatan untuk berkembang secara penuh di Filipina kecuali di
Filipina Selatan. Kebangkitan Islam di Filipina Selatan ditandai dengan dua
interprestasi :
1.
Pandangan yang radikal, dipegang oleh anggota
MNLF yang merupakan minoritas dari muslim di Filipina. MNLF menyerukan
pentingnya mengakkan apa yang mereka sebut dengan Negara atau Bangsa Moro.
2.
Pandangan yang moderat, yang dipegang oleh warga
muslim yang ingin memprakarsai berbagai perubahan dalam masyarakat muslim
secara lebih luas.
Adapun faktor-faktor penyumbang
kebangkitan Islam adalah:
a)
Dibayarkannya tunggakan perang Dunia II kepada
beberapa muslim yang memungkinkan mereka naik haji dan kemudian membangkitkan
kesadaran Islam mereka.
b)
Bertambahnya perkumpulan dan organisasi Islam
yang didukung oleh warga lokal maupun luar negeri.
c)
Didirikannya sekolah-sekolah tinggi di
Universitas Swasta dan negeri di Negara ini yang memberikan kelas dan kuliah
dalam studi Islam.
d)
Pemberontakan Moro yang telah mengakibatkan
peningkatan kesadaran dan kewaspadaan di kalangan muslim.
Diantara hal
penting dalam kebangkitan muslim Filipina adalah pemberontakan logis dan
pemberlakuan undang-undang darurat. Pemerintah Filipina memutuskan untuk
mengambil tindakan penyelesaian konflik. Dalam menghadapi upaya pemisahan diri
umat Islam, pemerintah nasional mengambil pendekatan bercabang 2 yakni
konsolidasi meliputi dialog terbuka dengan semua kelompok yang terlibat dalam
pemberontakan untuk membahas berbagai persoalan, diantaranya adalah :
1.
Pemerintah regional dan otonom, dua pemerintahan
ini diciptakan sebagai hasil dari Tripoli Agreement yang di tandatangani oleh
perwakilan perintah Filipina dengan MNLF pada tahun 1976.
2.
Kementrian urusan agama Islam, dengan bidang tugas menerapkan kebijakan yang
menjamin penyatuan Filipina muslim kedalam masyarakat Filipina secara
keseluruhan dengan tetap menghormati keyakinan, adat istiadat , tradisi dan
lembaga mereka sejalan dengan tujuan aspirasi nasional.
3.
Badan pengelola perjalanan Haji di Filipina,
dalam Dekrit Presiden No. 1302 dan di tandatangani pada tahun 1978, badan ini
memiliki kekuasaan untuk memprakarsai dan mengelola semua segi program yang
relevan bagi pelaksanaan Haji tahunan.
4.
Institut studi Islam Universitas Filipina.
Dengan demikian
agama Islam di daerah Filipina ini dapat dibagi dua kategori yang sebagian banyak
menganut Islam, namun disebagian lain banyak yang menganut agama Kristen.
Daerah yang paling banyak menganut agama Islam ialah Filipina Selatan dan Moro.
D.
Minoritas Muslim Filipina vs Pemerintah
Kemerdekaan yang
didapatkan Filipina (1946) dari Amerika Serikat ternyata tidak memiliki arti
khusus bagi bangsa Moro. Hengkangnya AS dari Filipina ternyata memunculkan
penjajah lainnya (pemerintah Filipina). Tekanan semakin terasa hebat dan berat
ketika Ferdinand Marcos berkuasa (1965-1986). Kebijakan umum pemerintahan
Filipina terhadap kaum muslim pada dasarnya tidak berubah, hanya berbeda
intensitasnya dari satu Presiden ke Presiden lainnya. Pemerintah Manila
mempunyai empat titik pandang terhadapkaum muslim.
1.
Pemerintah masih memegang pandangan colonial
yaitu “Moro yang baik, adalah Moro yang Mati”.
2.
Kaum muslim adalah warga kelas dua Filipina.
3.
Kaum muslim adalah penghambat pembangunan.
4.
Masalah Moro adalah masalah integrasi yaitu
bagaimana mengintegrasikan mereka kedalamarus utama (mainstream) tubuh politik
nasional.
Peningkatan
penduduk buakn Islam si Cotabato dan bagian-bagian Lanao menyebabkan banyaknya
orang Islam yang berkesimpulan bahwa ada rencana jahat pemerintah yang
disengaja untuk membubarkan orang islam tau memastikan bahwa mereka tetap
merupakan minoritas dalam wilayah mereka sendiri. Dalam menyelesaikan masalah
Moro Manila tersebut pemerintah mengambil kebijakan strategis antara lain :
1.
Militerisasi, kebijakan ini biasanya diterapkan
dalam kasus-kasus criminal yang dilaporkan di lakukan oleh orang islam dan ini
dilakukan tanpa memperhatikan hak-hak sipil warga Negara dan batas-batas
konstitusional.
2.
Kebijakan pemerintah unutk memindahkan
orang-orang Kristen dari Luzon dan Propinsi Visayan ke daerah muslim serta
mengubah komposisi dan demografi di wilayah muslim tersebut.
3.
Kebujakan pemerintah untuk mencap kegiatan
muslim sebagai “Fundamental Muslim”. Penangkapan dan penggerebekan yang terjadi
terhadap sejumlah warga Timur Tengah yang di dakwa sebagai teroris
Internasional dan dituduh terlibat dalam rencana membunuh Paus Johannes Paulus
II dalam kunjungannya ke Filipina pada tahun 1995, para mentri dan Kepala
Negara APEC, Presiden Fidel V, Ramos, para perwira tinngi militer Filipina dan
tokoh-tokoh asing lainnya.
4.
Kebijakan pemusnahan seperti pembunuhan membabi
buta dan pembantaian penduduk sipil sebagai mana yang terjadi dalam pembantaian
Kawit, Jabidah, Masjid Manili, pembakaran kota Jolo dan lain sebagainya.
Kebijakan-kebijakan
pemerintah ini telah mengundang sejumlah protes dan perlawanan dari kaum muslim.
Dari sinilah kemudian muncul front-front perlawanan seperti MIM (Muslim Islamic
Movement), Anshar el Islam, MNLF (Moro National Liberation Front), MILF (Moro
Islamic Liberations Front).
F.
Sejarah Minoritas Muslim Filipina
Secara geografis
wilayah Filipina terbagi dalam dua wilayah kepulauan Besar yaitu gugusan
kepulauan Luzon disebelah Utara dan gugusan kepulauan Mindanao di sebelah
Selatan. Minoritas muslim Filipina atau yang lebih dikenal dengan sebutan Moro
adalah komunitas Muslim yang mendiami kepulauan Mindanao – Sulu beserta
gugusannya di Filipina bagian Selatan.
Islam tersebar ke
pulau Lanao dan bagian Utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang
garis pantai Filipina semua nya berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin
Islam yang bergelar Datu atau Raja, bahkan setelah kedatangan orang-orang
Spanyol, menurut para Ahli sejarah kata Manila(ibukota Filipina sekarang)
berasal dari kata Amanullah (Negeri Allah yang aman). Pendapat ini bisa jadi
benar mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat Islam
Su-Kontinen (anak benua India).
Selama masa
colonial Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah dan kuasai)
serta mission sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang Islam. Bahkan
orang-orang Islam di beri julukan yang berkonotasi buruk sebagai Moor (Moro)
artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang
bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang
mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut.
Tahun 1578 terjadi
perang besar yang melibatkan orang Filipina
sendiri. Pendududk Pribumi wilayah Utara yang telah di kristenkan di
libatkan dalam ketentaraan colonial Spanyol kemudian di adu domba dan disuruh
berperang melawan orang-orang Islam di Selatan. Sehingga terjadilah peperangan
antar Filipina sendiri dengan mengatasnamakan “misi suci”. Dari sinilah
kemudian timbullah kebencian dan rasa curiga orang-orang Kristen Filipina
terhadap bangsa Moro yang Islam hingga sekarang. Spanyol kemudian menjual
Filipina kepada Amerika Serikat seharga USS 20 juta pada tahun 1898 melalui
traktik Paris. Dibawah kolonialisasi Amerika Serikat akhirnya menerapkan
strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan karena memandang
peperangan tidak cukup efektif untuk meredam perlawanan bangsa Moro.
Pada dasarnya
kebijakan ini lebih disebabkan oleh keinginan Amerika untuk memasukkan kaum
muslim ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengislamisasi kaum
muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Masa pra kemerdekaan
ditandai dengan masa peralihan kekuasaan dari penjajah Amerika ke pemerintah
Kristen Filipina Utara. Banyak kebijakan yang dikeluarkan yang menjadi cikal
bakal permasalah dan problema minoritas muslim di bagian Selatan khususnya
tentang tanah dan pemukiman. Ketentuan tentang hukum tanah misalnya pada
intinya merupakan legalisasi penyitaan tanah-tanah kaum muslim (tanah adat dan
ulayat) oleh pemerintah colonial AS dan Filipina di Utara yang menguntungkan
para kapitalis.
Untuk menarik
banyak pemukim dari Utara ke Mindanao pemerintah membangun koloni-koloni yang
di subsidi lengkap dengan seluruh alat bantu yang di perlukan. Konsep
penjajahan melalui koloni ini di teruskan oleh pemerintah Filipina begitu AS
hengkang dari negeri tersebut. Sehingga secara perlahan orang-orang Moro
menjadi minoritas di tanah kelahiran mereka sendiri.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asia Tenggara
adalah sebutan untuk wilayah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari
Jazirah Indo-Cina dan kepulauan yang ada dilingkupi oleh Negara Indonesia dan
Filipina. Islam masuk ke Filipina sebelum penjelajah Spanyol menginjakkan kaki
di tanah negeri ini. Itu dibuktikan dengan adanya laporan seorang pengembara
Cina pada zaman Dinasti Yuan pada 1280-1368. Muslim di Filipina biasa dikenali
dengan sebutan Moro. Mereka umumnya berdiam di Pulau Mindanao, kepulauan Sulu,
Palawan, Basilan, dan pulau-pulau sekitarnya. Secara geografi gugusan
pulau-pulau ini berada di selatan Filipina, sedangkan bagian Utara adalah
gugusan Kepulauan Luzon.
Islam masuk di
Filipina tidak lama setelah Islam berkmbang di dunia Melayu. Islam masuk ke
wilayah Filipina khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada 1380 M yang di bawa
oleh seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul al Makhadum dan Raja Baguinda
seorang pangeran dari Minagkabau. Perkembangan Islam di Filipina awalnya tidak
mengalami hambatan, namun setelah bangsa Spanyol, Amerika memasuki Filipina dan
menguasainya barulah Islam mengalami hambatan karena pada saat itu Spanyol dan
Amerika imgin memperoleh koloni baru dan menyebarkan afama Kristen Katolik.
Preoses masuknya
Islam di Filipina menghadapi jalan yang tidak mulus, berliku dan harus
menghadapi rintangan dan hambatan dari dalam maupun luar negeri. Imbasnya, pada
awal tahun 1970-an islamdi Filipina merupakan komunitas minoritas dan tinggal
di beberapa daerah dan pulau khusus. Dengan suatu konsekuensi bagi kaum
minoritas Islam berseberangan dengan kepentingan pemerintah, hingga timbullah
konflik yang berkepanjangan antara pemerintah dan komunitas muslim.
B.
Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Jadi, diharapkan
bagi guru pembimbing untuk memberi kritik dan saran, untuk perbaikan untuk masa
yang akan datang.
Sumber: http://komunikasi2d-uinsuska.blogspot.co.id
Editor: MID group
0 Komentar