Ad Code

Sejarah Perkembangan Islam di Filipina



PERKEMBANGAN ISLAM DI FILIPINA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perkembangan Islam di Filipina“. Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada pembimbing yang telah membantu dan membimbing penulis dalam mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena itu penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
         




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
B.       Rumusan Masalah
C.       Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.      Sejarah Masuknya Islam di Filipina
B.      Kondisi Islam di Filipina
C.      Kebangkitan Islam di Filipina
D.      Minoritas Muslim Filipina vs Pemerintah
E.       Sejarah Minoritas Muslim Filipina
BAB.III. PENUTUP
A.      Kesimpulan
B.      Saran
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.         Latar Belakang Masalah
Secara Geografis wilayah Filipina terbagi dalam dua wilayah Kepulauan besar, yaitu gugusan kepulauan, Luzon di sebelah Utara dan gugusan kepulauan Mindanao di sebelah Selatan. Minoritas muslim Filipina atau lebih dikenal Muslim Moro atau bangsa Moro adalah komunitas muslim yang mendiami Kepulauan Mindanao suku serta gugugsannya di Filipina Selatan. Islam di Filipina pada awalnya tidak mendapatkan tantangan dan hambatan, namun setelah Spanyol masuk dan mendirikan kekuasaannya di Filipina diiringi oleh Amerika dan Jepang. Islampun mengalami tantangan dan hambatan yang sama beratnya.
Dalam makalah ini pemakalah akan menjelaskan beberapa hal tentang perkembangan Islam di Filipina, diantara nya sejarah masuknya Islam di Filipina , kondisi Islam di Filipina, kebangkitan Islam di Filipina, minoritas muslim Filipina vs pemerintah dan sejarah minoritas nuslim di Filipina. Hal-hal tersebut menjadi pembahasan pemakalah dalam tulisan ini, karena merupakan sebuah upaya besar dalam mengangkat dan menyebarkan agama Islam.

B.       Rumusan Masalah
1.          Sejarah masuknya Islam di Filipina
2.          Kondisi Islam di Filipina
3.          Kebangkitan Islam di Filipina
4.          Minoritas muslim Filipina vs Pemerintah
5.          Sejarah minoritas muslim Filipina

C.      Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.          Untuk mengetahui bagaimana sejarah masuknya Islam ke Filipina.
2.          Untuk mengetahui bagaimana kondisi Islam di Filipina
3.          Untuk menegetahui apa saja faktor yang membangkitkan kembaliIslam di Filipina.
4.          Untuk mengetahui bagaimana keadaan minoritas Filipina vs Pemerintah.
5.          Untuk mengetahui bagaimana sejarah terjadinya minoritas Filipina.


BAB II
PEMBAHASAN

A.         Sejarah Masuknya Islam di Filipina
Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan suku dan Mindanao pada tahun 1380. Islam pertama kali disebarkan di Kepulauan tersebut oleh seorang tabib dari ulama Arab bernama Kharimun Makhadum dan Raja Baquida ( seorang pangeran dari Minangkabau). Islam kemudian tersebar ke pulau Lanao dan bagian Utara Zambonaga serta daerah pantai lainnya. Pada masa itu sudah dikenal sistem hukum yaitu Manguindanao Code of Law, atau Luwuran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathi-i-Qareeh, Taqreebu-i-Intifa, dan Miratu-Thullah.
Atas hasil kerja kerasnya akhirnya kebungsuan manguindanao memeluk islam. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di Provinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian Utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada didalam kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. Dari sinilah awal peradaban islam di wilayah ini mulai di rintis. Ada pula pendapat yang lain mengenai masuknya islam datang kepulauan sulu.bahwasanya islam datang ke sulu pada abad ke-9 melalui perdagangan.tapi itu tidak menjadi faktor yang penting dalam sejarah sulu, sampai abad ke-13 ketika orang-orang menyebarkan islam (da’i ) mulai pertama kali tingal di buasna ( jolo )kemudian di daerah-daerah lain kepulauan sulu.
Islam menyebar ke Filipina melalui Sulu abad ke-14 oleh para da’i yang datang dari kepulauan Indonesia. Namun pada abad ke- 13 sudah banyak pedagang muslim yang menetap di Sulu. Karena letak geografis Filipina yang strategis menjadikan salah satu jalur perdagangan internasional yang membentang Laut Merah hingga Laut Cina dan jalur Perdagangan tersebut dikuasai oleh para pedagang muslim. Penyebaran islam berkembang pesat hingga awal abad ke- 16 di Filipina. Pada masa ini penyebaran-penyebaran islam tersebut mencapai Kepulauan Mindanao, Kepulauan Visayas, bahkan sampai ke Pulau Luzon.
Pada tahun 1520 jumlah pedagang dan da’i dari Kalimantan meningkat jumlahnya yang datang ke Filipina. Pada tahun 1565 Spanyol menemukan orang-orang muslim di Filipina dan pada saat itu sedang terjadi islamisasi secara besar-besaran khususnya di Filipina Selatan. Kemudian pada tahun 1570 angkatan bersenjata Spanyol di bawah pimpinan Leskafi menghentikan proses islamisasi tersebut. Dan selama tiga abad berikutnya terjadi peperangan yang tak kunjung henti antara orang-orang Spanyol dan orang-orang Filipina khusus nya Filipina Selatan.
Penyebaran islam mulai menghadapi hambatan dengan masuknya bangsa Spanyol ke Filipina pada tahun 1565 yang bertujuan untuk memperoleh koloni baru dan sekaligus menyebarkan agama Kristen Katolik. Dan pada saat itu penduduk muslim Filipina disebut “Moro” oleh bangsa Spanyol seperti mereka menyebut masyarakat Afrika Utara yang juga menganut Islam. Dalam upaya menguasai Filipina Selatan yang mayoritas penduduknya muslim, bangsa Spanyol melancarkan kristenisasi dan memukimkan penduduk Kristen di wilayah itu. Akibatnya, komunitas maupun wilayah penduduk Moro pun terus menyusut hingga berbatas pada Kepulauan Sulu dan Pulau Mindanao bagian barat.
Konflik dan proses penyusutan itu berlanjut pada masa Amerika Serikat (AS) menjajah Filipina (1898-1935). Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Dan inilah karakter musuh-musuh Islam sebenarnya pada abad ini. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898 M) yang menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro. Namun traktat tersebut hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan Emilio Aguinaldo.
 setelah kaum revolusioner kalah pada 1902 M, kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903 M) Mindanao dan Sulu disatukan menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu.
Pada tahun 1935, ketika pemerintahan persemakmuran Filipina terbentuk sebagai hasil kesepakatan perjanjian antara AS dan pejuang nasionalis Filipina, Manuel Quezon (presiden terpilih 1935-1944) menyatakan pada masyarakat Moro bahwa mereka, para sultan dan datuk tidak lagi memiliki tempat pada pemerintahan baru tersebut dan hukum nasional akan diberlakukan pada setiap warga Negara tanpa melihat agamanya. Pernyataan Quezon tersebut menimbulkan reaksi keras dari masyarakat Moro yang selalu menganggap diri mereka sebagai bangsa sendiri, terlepas dari Filipina. Kemudian sekitar seratus lebih datuk dari suku Maranao mengirim surat kepada presiden AS pada saat itu yaitu Franklin Delano Roosevelt untuk meminta ingin dipisahkan dari pemerintahan persemakmuran tersebut dan lebih memilih dibawah perlindungan AS sampai mereka mampu membentuk pemerintahan sendiri.
Namun hingga Filipina mendapatkan kemerdekaan dari AS pada tanggal 4 Juli 1946, tuntutan dari bangsa-bangsa Moro untuk berdiri sendiri sebagai sebuah Negara tidak terwujud. Bahkan sikap pemerintah Filipina yang mendriskiminasikan bangsa Moro semakin jelas terlihat. Antara tahun 1950 dan 1960 pemerintah Filipina menerapkan program pengembangan dan integrasi nasional. Program ini mengakibatkan membanjirnya kaum Kristen ke wilayah yang berpenduduk muslim. Program tersebut dinilai oleh penduduk muslim sebagai upaya pemerintah untuk menghancurkan komunitas muslim Filipina. Selain itu, mereka merasa program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah tidak pernah mencapai daerah nya.

 
B.      Kondisi Islam di Filipina
Islam di Filipina pada awalnya tidak mendapatkan tantangan dan hambatan, namun setelah Spanyol masuk dan mendirikan kekuasaannya di Filipina diiringi oleh Amerika dan Jepang. Islampun mengalami tantangan dan hambatan yang sama beratnya. Pada bulan Mei 1898, Amerika datang ke Filipina dibawah pimpinan Cmmodere Dewey dan berhasil menghancurkan angkatan laut Spanyol di Manila. Melihat perkembangan Islam yang pesat, maka akhirnya Amerika pun mengekangnya sehingga non Islam diberikan kelonggaran melawan umat islam, sedangkan umat islam selalu diawasi dan dibrikan hukuman apabila mengadakan pembalasan. Karena itu umat Islam berusaha membebaskan diri dari kekangan Amerika dan memberontak dibawah pimpinan Datuk Mundi dan Datuk Piang, melawan golongan non Islam.
Amerika membuat undang-undang Pax American yaitu memperbolehkan daerah-daerah umat islam dihuni dan didiami kaum Kristen dan melarang umat Islam yang berada diluar daerah untuk masuk kedaerah itu. Umat Islam merasa terisolir dari umat Islam lainnya, yang menyebabkan kelemahannya. Setelah beberapa lama umat Islam mengalami tekanan demi tekanan akhirnya mereka sadar untuk bangkit kembali dan meraih kejayaan kembali. Umai Islam di Filipina kemudian membentuk suatu wadah untuk menampung perjuangan dan gerakan kaum muslimin, yaitu Moro National Liberation Front (MNLF). Aliansi yang lain sebagai akibat dari perkembangan tersebut melahirkan Muslim Independent Movent (MIM) dan Bangsa Moro Army (BMA), yang berjuang bagi kaum muslim di Filipina. Dengan wadah inikaum muslimim melakukan gerilya umtuk menentang pemerintahan dan menuntut keadilan.
C.      Kebangkitan Islam di Filipina
Proses islamisasi di Filipina dihentikan oleh kedatangan Spanyol pada tahun 1567. Akibatnya Islam tidak mempunyai kesempatan untuk berkembang secara penuh di Filipina kecuali di Filipina Selatan. Kebangkitan Islam di Filipina Selatan ditandai dengan dua interprestasi :
1.             Pandangan yang radikal, dipegang oleh anggota MNLF yang merupakan minoritas dari muslim di Filipina. MNLF menyerukan pentingnya mengakkan apa yang mereka sebut dengan Negara atau Bangsa Moro.
2.             Pandangan yang moderat, yang dipegang oleh warga muslim yang ingin memprakarsai berbagai perubahan dalam masyarakat muslim secara lebih luas.
Adapun faktor-faktor penyumbang kebangkitan Islam adalah:
a)            Dibayarkannya tunggakan perang Dunia II kepada beberapa muslim yang memungkinkan mereka naik haji dan kemudian membangkitkan kesadaran Islam mereka.
b)            Bertambahnya perkumpulan dan organisasi Islam yang didukung oleh warga lokal maupun luar negeri.
c)             Didirikannya sekolah-sekolah tinggi di Universitas Swasta dan negeri di Negara ini yang memberikan kelas dan kuliah dalam studi Islam.
d)            Pemberontakan Moro yang telah mengakibatkan peningkatan kesadaran dan kewaspadaan di kalangan muslim.
Diantara hal penting dalam kebangkitan muslim Filipina adalah pemberontakan logis dan pemberlakuan undang-undang darurat. Pemerintah Filipina memutuskan untuk mengambil tindakan penyelesaian konflik. Dalam menghadapi upaya pemisahan diri umat Islam, pemerintah nasional mengambil pendekatan bercabang 2 yakni konsolidasi meliputi dialog terbuka dengan semua kelompok yang terlibat dalam pemberontakan untuk membahas berbagai persoalan, diantaranya adalah :
1.          Pemerintah regional dan otonom, dua pemerintahan ini diciptakan sebagai hasil dari Tripoli Agreement yang di tandatangani oleh perwakilan perintah Filipina dengan MNLF pada tahun 1976.
2.          Kementrian urusan agama Islam,  dengan bidang tugas menerapkan kebijakan yang menjamin penyatuan Filipina muslim kedalam masyarakat Filipina secara keseluruhan dengan tetap menghormati keyakinan, adat istiadat , tradisi dan lembaga mereka sejalan dengan tujuan aspirasi nasional.
3.          Badan pengelola perjalanan Haji di Filipina, dalam Dekrit Presiden No. 1302 dan di tandatangani pada tahun 1978, badan ini memiliki kekuasaan untuk memprakarsai dan mengelola semua segi program yang relevan bagi pelaksanaan Haji tahunan.
4.          Institut studi Islam Universitas Filipina.
Dengan demikian agama Islam di daerah Filipina ini dapat dibagi dua kategori yang sebagian banyak menganut Islam, namun disebagian lain banyak yang menganut agama Kristen. Daerah yang paling banyak menganut agama Islam ialah Filipina Selatan dan Moro.
D.      Minoritas Muslim Filipina vs Pemerintah
Kemerdekaan yang didapatkan Filipina (1946) dari Amerika Serikat ternyata tidak memiliki arti khusus bagi bangsa Moro. Hengkangnya AS dari Filipina ternyata memunculkan penjajah lainnya (pemerintah Filipina). Tekanan semakin terasa hebat dan berat ketika Ferdinand Marcos berkuasa (1965-1986). Kebijakan umum pemerintahan Filipina terhadap kaum muslim pada dasarnya tidak berubah, hanya berbeda intensitasnya dari satu Presiden ke Presiden lainnya. Pemerintah Manila mempunyai empat titik pandang terhadapkaum muslim.
1.       Pemerintah masih memegang pandangan colonial yaitu “Moro yang baik, adalah Moro yang Mati”.
2.       Kaum muslim adalah warga kelas dua Filipina.
3.       Kaum muslim adalah penghambat pembangunan.
4.       Masalah Moro adalah masalah integrasi yaitu bagaimana mengintegrasikan mereka kedalamarus utama (mainstream) tubuh politik nasional.
Peningkatan penduduk buakn Islam si Cotabato dan bagian-bagian Lanao menyebabkan banyaknya orang Islam yang berkesimpulan bahwa ada rencana jahat pemerintah yang disengaja untuk membubarkan orang islam tau memastikan bahwa mereka tetap merupakan minoritas dalam wilayah mereka sendiri. Dalam menyelesaikan masalah Moro Manila tersebut pemerintah mengambil kebijakan strategis antara lain :
1.             Militerisasi, kebijakan ini biasanya diterapkan dalam kasus-kasus criminal yang dilaporkan di lakukan oleh orang islam dan ini dilakukan tanpa memperhatikan hak-hak sipil warga Negara dan batas-batas konstitusional.
2.             Kebijakan pemerintah unutk memindahkan orang-orang Kristen dari Luzon dan Propinsi Visayan ke daerah muslim serta mengubah komposisi dan demografi di wilayah muslim tersebut.
3.             Kebujakan pemerintah untuk mencap kegiatan muslim sebagai “Fundamental Muslim”. Penangkapan dan penggerebekan yang terjadi terhadap sejumlah warga Timur Tengah yang di dakwa sebagai teroris Internasional dan dituduh terlibat dalam rencana membunuh Paus Johannes Paulus II dalam kunjungannya ke Filipina pada tahun 1995, para mentri dan Kepala Negara APEC, Presiden Fidel V, Ramos, para perwira tinngi militer Filipina dan tokoh-tokoh asing lainnya.
4.             Kebijakan pemusnahan seperti pembunuhan membabi buta dan pembantaian penduduk sipil sebagai mana yang terjadi dalam pembantaian Kawit, Jabidah, Masjid Manili, pembakaran kota Jolo dan lain sebagainya.
Kebijakan-kebijakan pemerintah ini telah mengundang sejumlah protes dan perlawanan dari kaum muslim. Dari sinilah kemudian muncul front-front perlawanan seperti MIM (Muslim Islamic Movement), Anshar el Islam, MNLF (Moro National Liberation Front), MILF (Moro Islamic Liberations Front).
F.       Sejarah Minoritas Muslim Filipina
Secara geografis wilayah Filipina terbagi dalam dua wilayah kepulauan Besar yaitu gugusan kepulauan Luzon disebelah Utara dan gugusan kepulauan Mindanao di sebelah Selatan. Minoritas muslim Filipina atau yang lebih dikenal dengan sebutan Moro adalah komunitas Muslim yang mendiami kepulauan Mindanao – Sulu beserta gugusannya di Filipina bagian Selatan.
Islam tersebar ke pulau Lanao dan bagian Utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai Filipina semua nya berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datu atau Raja, bahkan setelah kedatangan orang-orang Spanyol, menurut para Ahli sejarah kata Manila(ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata Amanullah (Negeri Allah yang aman). Pendapat ini bisa jadi benar mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat Islam Su-Kontinen (anak benua India).
Selama masa colonial Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah dan kuasai) serta mission sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di beri julukan yang berkonotasi buruk sebagai Moor (Moro) artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut.
Tahun 1578 terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina  sendiri. Pendududk Pribumi wilayah Utara yang telah di kristenkan di libatkan dalam ketentaraan colonial Spanyol kemudian di adu domba dan disuruh berperang melawan orang-orang Islam di Selatan. Sehingga terjadilah peperangan antar Filipina sendiri dengan mengatasnamakan “misi suci”. Dari sinilah kemudian timbullah kebencian dan rasa curiga orang-orang Kristen Filipina terhadap bangsa Moro yang Islam hingga sekarang. Spanyol kemudian menjual Filipina kepada Amerika Serikat seharga USS 20 juta pada tahun 1898 melalui traktik Paris. Dibawah kolonialisasi Amerika Serikat akhirnya menerapkan strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan karena memandang peperangan tidak cukup efektif untuk meredam perlawanan bangsa Moro.
Pada dasarnya kebijakan ini lebih disebabkan oleh keinginan Amerika untuk memasukkan kaum muslim ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengislamisasi kaum muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Masa pra kemerdekaan ditandai dengan masa peralihan kekuasaan dari penjajah Amerika ke pemerintah Kristen Filipina Utara. Banyak kebijakan yang dikeluarkan yang menjadi cikal bakal permasalah dan problema minoritas muslim di bagian Selatan khususnya tentang tanah dan pemukiman. Ketentuan tentang hukum tanah misalnya pada intinya merupakan legalisasi penyitaan tanah-tanah kaum muslim (tanah adat dan ulayat) oleh pemerintah colonial AS dan Filipina di Utara yang menguntungkan para kapitalis.
Untuk menarik banyak pemukim dari Utara ke Mindanao pemerintah membangun koloni-koloni yang di subsidi lengkap dengan seluruh alat bantu yang di perlukan. Konsep penjajahan melalui koloni ini di teruskan oleh pemerintah Filipina begitu AS hengkang dari negeri tersebut. Sehingga secara perlahan orang-orang Moro menjadi minoritas di tanah kelahiran mereka sendiri.




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Asia Tenggara adalah sebutan untuk wilayah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari Jazirah Indo-Cina dan kepulauan yang ada dilingkupi oleh Negara Indonesia dan Filipina. Islam masuk ke Filipina sebelum penjelajah Spanyol menginjakkan kaki di tanah negeri ini. Itu dibuktikan dengan adanya laporan seorang pengembara Cina pada zaman Dinasti Yuan pada 1280-1368. Muslim di Filipina biasa dikenali dengan sebutan Moro. Mereka umumnya berdiam di Pulau Mindanao, kepulauan Sulu, Palawan, Basilan, dan pulau-pulau sekitarnya. Secara geografi gugusan pulau-pulau ini berada di selatan Filipina, sedangkan bagian Utara adalah gugusan Kepulauan Luzon.
Islam masuk di Filipina tidak lama setelah Islam berkmbang di dunia Melayu. Islam masuk ke wilayah Filipina khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada 1380 M yang di bawa oleh seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul al Makhadum dan Raja Baguinda seorang pangeran dari Minagkabau. Perkembangan Islam di Filipina awalnya tidak mengalami hambatan, namun setelah bangsa Spanyol, Amerika memasuki Filipina dan menguasainya barulah Islam mengalami hambatan karena pada saat itu Spanyol dan Amerika imgin memperoleh koloni baru dan menyebarkan afama Kristen Katolik.
Preoses masuknya Islam di Filipina menghadapi jalan yang tidak mulus, berliku dan harus menghadapi rintangan dan hambatan dari dalam maupun luar negeri. Imbasnya, pada awal tahun 1970-an islamdi Filipina merupakan komunitas minoritas dan tinggal di beberapa daerah dan pulau khusus. Dengan suatu konsekuensi bagi kaum minoritas Islam berseberangan dengan kepentingan pemerintah, hingga timbullah konflik yang berkepanjangan antara pemerintah dan komunitas muslim.
B.       Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Jadi, diharapkan bagi guru pembimbing untuk memberi kritik dan saran, untuk perbaikan untuk masa yang akan datang.

Sumber: http://komunikasi2d-uinsuska.blogspot.co.id
Editor: MID group

Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu